Minggu, 18 Mei 2008

TBC PARU

BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar Medik
1. Definisi
Tuberculosis paru ( TBC paru ) adalah penyakit infeksi paru yang disebabkan mycobacterium tuberculosis yang bersifat tahan asam, aerob. (Brunner/Suddarth, 1998)

2. Anatomi Fisiologi
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh berbentuk kerucut yang terletak di dalam rongga dada, datarannya menghadap ke tengah cavum mediastinum. Ada dua buah paru-paru pada manusia. Paru kanan dan kiri yang masing-masing memiliki:
- Apeks yang memanjang ke dalam leher kira-kira 2,5 cm di atas clavikula.
- Permukaan costa vertebra mengembung ke dalam dinding dada kurang lebih 21 cm.
- Permukaan mediastinum mengembung ke arah perikardium dan jantung.
- Dasar yang terletak pada diafragma.
Paru kanan terdiri dari 3 lobus (lobus superior, lobus medial, dan lobus inferior), sedangkan paru kiri terdiri dari 2 lobus (lobus superior dan lobus inferior). Lobus-lobus ini terbentuk oleh lobulus-lobulus. Segmen paru adalah daerah yang disuplay oleh percabangan besar bronchus, masing-masing segmen mengandung unit-unit yang dapat mensuplay darah sendiri. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen, paru kiri mempunyai sembilan segmen yang masing-masing segmen berbentuk biji dengan ujung tipis dari biji pada radik paru.
Dalam segmen-segmen tersebut cabang bronkial utama membagi ke dalam cabang-cabang yang kecil.Bronkiolus merupakan suatu percabangan yang lebih membagi ke dalam cabang-cabang yang lebih kecil. Duktus alveoli merupakan percabangan yang terkeci, yang masing-masing berakhir pada sekelompok alveoli.Alveolus merupakan suatu kantong dengan dinding yang tipis yang mengandung udara.Melalui dinding-dindingnya terjadi pertukaran gas-gas. Masing-masing paru mengandung sekitar 300 juta alveoli. Lubang-lubang kecil pada dinding alveolus memudahkan udara untuk masuk dari satu alveolus ke alveolus yang lain. Lobus utama dari paru adalah bronkial dengan kelompok-kelompok alveoli.

3. Etiologi
TBC paru disebabkan oleh kuman tahan asam yaitu Mycobacterium tuberculosis.

4. Patofisiologi
Ada tiga pintu masuk utama mikroorganisme mycobacterium tuberculosis yaitu saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit.partikel yang menimbulkan infeksi disebarkan ke individu dari penderita infeksi aktif. Mycobacterium tuberculosis ditransmisikan melalui batuk, bersin, dan dihirup oleh orang lain melalui udara.
Tempat tertanamnya ( inplantasi ) hasil tuberkel yang paling sering adalah permukaan alveolar dari parenkim paru-paru,bronchi pada bagian bawah lobus atas atau bagian atas lobus bawah.
Reaksi yang sering ditimbulkan oleh hasil tuberkel merupakan suatu proses peradangan yang merusak sistem imun, sehingga terbentuk lesi-lesi pada bagian paru-paru. Leukosit polimorfonuklear akan tampak pada tempat yang terinfeksi dan mencoba memakan bakteri. Bila kuman tersebut tidak mati, maka pada hari pertama akan terjadi perubahan. Leukosit akan digantikan oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami peradangan dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh sendiri sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau proses dapat berlanjut sehingga bakteri terus difagosit atau berkembang biak.
Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloit limfosit mengelilingi tuberkel tersebut. Reaksi ini biasanya terjadi setelah 2-10 minggu yang di manifestasikan dengan reaksi terhadap test tuberkulin dan nekrosis.
Bila proses infeksi terus berlangsung maka hasil dari TBC atau granulomatosus akan membengkak dimana hasil-hasil tersebut akan mengelilingi kolagen, fibroblas, dan limfosit sehingga bagian tengahnya ( ghon’s tuberkel ) lama kelamaan akan nekrosis. Nekrosis bagian sentral lesi akan mengakibatkan terbentuknya padatan seperti keju yang di sebut nekrosis caseosa. Daerah yang mengalami nekrosis caseosa yang disertai dengan jaringan disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon yang berbeda. Reaksi individu yang terinfeksi TBC tergantung pada daya tahan tubuh individu, jumlah basil, dan virulensi basil.
Klasifikasi TBC menurut American Lung Association :
0. Tidak terpapar TBC, tidak terinfeksi:
- Tidak ada riwayat terpapar TBC
- Test tuberculin negatif
I. Terpapar TBC, tidak ada tanda-tanda infeksi :
- Ada riwayat terpapar TBC
- Test tuberkulin negatif
II. Terinfeksi TBC, tanpa sakit :
- Test tuberkulin positif
- Pemeriksaan bakteriologik ( sputum ) positif
- Thorax foto tidak menunjukkan TBC
- Tidak ada gejala akibat TBC
III. Terinfeksi TBC dan sakit :
Keadaan penderita di gambarkan dengan tiga kriteria:
1. Lokasi penyakit
2. Status bakteriologik
3. Status pengobatan.

5. Tanda dan gejala
Keluhan yang dirasakan oleh penderita TBC paru dapat bermacam-macam, bahkan ada yang tanpa keluhan sama sekali. Umumnya penderita akan merasakan:
- Batuk berdahak dan kadang-kadang batuk darah ( hemaptoe )
- Penurunan berat badan
- Berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan
- Sesak napas dan rasa nyeri pada dada
- Demam
- Anoreksia
- Lesu
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Retraksi dada

6. Test diagnostik
Untuk mengetahui seseorang dikatakan menderita penyakit TBC selain data subyektif, juga diperlukan data obyektif dan hasil pemeriksaan-pemereiksaan yang menunjang, yang meliputi:
a. Pemeriksaan fisik:
- Y ang paling dicurigai adalah apex paru
- Bila ada infiltrat yang luas akan di dapat perkusi yang redup dan auskultasi napas bronkhial ronchi basah kasar dan nyaring/rales
- Pada tuberculose lanjut dengan fibrosis luas, sering di temukan atropi dan retraksi otot-otot interkostal
- Apabila tuberculose mengenai pleura, akan terjadi pleura effusion.Paru-paru akan terasa sakit dan sulit untuk bernafas. Dengan perkusi akan menimbulkan suara pekak dan dengan auskultasi napas melemah sampai tidak terdengar
b. Pemeriksaan laboratorium
- Laju endap darah meningkat
- Leukosit meningkat
- Sputum sediaan langsung positif terhadap mycobacterium tuberculose
- Biakan positif terhadap mycobacterium tuberculose
- Bilasan bronkus: cairan plera, cairan lambung, jaringan kelenjar, cairan serebrospinalis, urine, dan tinja, dapat kuman BTA
c. Pemeriksaan rontgen
Dengan foto thorax, membantu dalam menegakkan diagnosa:
- Lesi tuberculosis biasanya ditemukan pada apex paru, lobus bawah atau hilus
- Pada pneumonia jelas dengan gambarannya berupa bercak-bercak awan dengan batas tegas
- Pada atelektasis terlihat seperti gambaran fibrosis dan penciutan paru
- Pada TBC bilier akan terlihat bercak-bercak halus di seluruh lapang paru dan terdapat pleuritis
- Pemeriksaan tuberkulin, mantoux test positif
- Pada pemeriksaan tuberkulin PPD ( purified derifate ) positif bila hasilnya 10 mm atau lebih setelah 48 – 72 jam

7. Pengelolaan medik/therapy
- Obat utama: INH, Ethambutol, Rifampicin, Streptomicin
- Obat sekunder: PAS, Pirazinamade, Ethambutol
- Analgetik
- Diet TKTP
- Isolasi untuk pencegahan penularan melalui udara bila di butuhkan
- Tindak lanjut pada keluarga dan orang yang kontak dengan pasien setelah pasien pulang
- Therapy bedah antara lain drainage abses paru, reseksi paru

8. Komplikasi
- Atelektasis
- Hemaptoe
- Tuberkulose bilier
- Pneumothorax
- Tuberkulose perikarditis, peritonitis, meningitis, limfadenitis
- Kambuh kembali

B. Konsep Dasar Keperawatan
Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
- Riwayat batuk produktif lebih dari dua minggu
- Adanya hemaptoe
- Kaji tempat tinggal, ventilasi, cahaya matahari, sumber polusi sekitar rumah, kontak dengan perokok
- Kedisiplinan dalam pengobatan
b. Pola nutrisi metabolik
- Tidak nafsu makan
- Mual, muntah
- BB turun
- Kaji pola makan dan asupan makan
- Banyak berkeringat di punggung pada malam hari tanpa aktivitas
c. Pola aktivitas dan latihan
- Malaise
- Batuk pruduktif lebih dari dua minggu berturut-turut
- Hemaptoe
- Batuk dan sesak napas

d. Pola tidur dan istirahat
- Tidur terganggu akibat batuk
- Perubahan tempat tidur karena dirawat
e. Pola persepsi sensori dan kognitif
- Nyeri dada
- Kurang pengetahuan tentang penyakit
f. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
- Pasien mengalami kegelisahan, ketakutan karena dirawat
- Pasien cemas

Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan adanya exudat dalam alveoli dan penurunan fungsi permukaan paru.
b. Ketidakefektifan kebersihan jalan napas yang berhubungan dengan peningkatan sputum dan penurunan usaha untuk batuk.
c. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan peradangan dan kelelahan.
d. Perubahan temperatur tubuh : hypertermi yang berhubungan dengan proses infeksi.
e. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan panas dan kurangnya intake cairan akibat kelelahan.
f. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan, kelelahan dan dyspnea.

Perencanaan.
a. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan adanya exudat dalam alveoli dan penurunan fungsi permukaan paru.
Hasil yang diharapkan :
Memperbaiki pertukaran gas melalui ventilasi pulmonary yang adekuat.
Rencana tindakan :
- Kaji adanya tanda dan gejala hypoksia, tachycardi, peningkatan tekanan darah dan tachypnea. Laporkan segera kepada dokter bila ditemukan.
Rasional : tanda dan gejala hypoksia menjadi perhatian untuk pencegahan komplikasi pada penurunan fungsi pernapasan.
- Auskultasi pada paru-paru pasien untuk mengetahui adanya bunyi yang tidak normal.
Rasional : auskultasi dapat menunjukkan penurunan ventilasi dan perfusi paru yang disebabkan oleh sekresi.
- Jelaskan pada pasien maksud dan tujuan digunakannya bronkodilator, jika ada instruksi dan indikasi (kolaborasi).
Rasional : bronkodilator membantu membesarkan spasme dari otot bronkus dengan demikian terjadi dilatasi pernapasan dan membantu pertukaran gas.
- Ajarkan pasien untuk menggunakan O2 jika diperlukan dan jelaskan maksudnya.
Rasional : suplemen oksigen dapat membantu memenuhi kebutuhan oksigenisasi yang adekuat dan pertukaran pada alveoli.
- Anjurkan kepada pasien tentang pentingnya banyak istirahat.
Rasional : istirahat mengurangi tubuh untuk menggunakan oksigen dan mengembalikan keutuhan sistem pernapasan.
- Anjurkan pasien untuk mencari bantuan medik bila mengalami sesak dan panas.
Sesak napas dan panas dapat dijadikan indikasi dari pneumonia atau komplikasi yang dapat menghalangi pertukaran gas.
b. Ketidakefektifan kebersihan jalan napas yang berhubungan dengan peningkatan sputum dan penurunan usaha untuk batuk.
Hasil yang diharapkan :
Peningkatan kebersihan jalan napas dengan berkurangnya sekresi dan perbaikan usaha pasien untuk batuk.
Rencana tindakan :
- Anjurkan pasien minum 10 gelas air atau 2 liter air per hari (selain susu) untuk mempertahankan hidrasi adekuat.
Rasional : hidrasi adekuat membantu pengenceran sekresi sedangkan susu dapat meningkatkan sekresi.
- Yakinkan pasien bahwa air melembabkan udara pernapasan.
Rasional : kelembaban membantu mensekresikan dan memungkinkan jalan napas lebih luas.
- Ajarkan dan anjurkan pasien untuk batuk efektif dan napas dalam.
Rasional : tehnik batuk ayng tepat mempermudah cara pengeluaran sputum.
- Anjurkan pasien untuk istirahat antara interval batuk dan untuk merubah posisi setiap 1-2 jam bila tidak ada kontra indikasi.
Rasional : istirahat dan ganti posisi membantu untuk mengurangi kelelahan menyeluruh dan pengeluaran sputum serta pemasukan oksigen untuk regenerasi sel.
- Jelaskan pasien maksud penggunaan ekxpektoransia jika diperlukan.
Rasional : ekspektoransia menolong untuk melonggarkan jalan napas
- Observasi karakteristik sputum yang dikeluarkan (warna, bau, konsistensi, dan jumlah). Laporkan dengan segera bila ada perubahan.
Rasional : sputum normal adalah encer dan berwarna putih kekuningan. Bila bercampur darah, rusti/sputum purulent dapat menunjukkan komplikasi atau kemungkinan gangguan pulmonary yang lain.
c. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan peradangan dan kelelahan.
Hasil yang diharapkan :
Meningkatnya oksigenisasi yang adekuat dengan memperbaiki/ memperkecil kecemasan pasien dan meningkatkan kepercayaan diri pasien untuk istirahat dan adekuat.
Rencana tindakan :
- Observasi adanya tanda-tanda distres pernapasan seperti peningkatan jumlah pernapasan, kontraksi strernal, intercostal, nasofaring. Segera lapor dokter bila ada tanda-tanda tersebut.
Rasional : tanda dan gejala ini dapat menjadi serius dan komplikasi tuberculosis seperti hypoxemia, atelektasis, sepsis atau pneumoniathorax, tuberculosis perikarditis, dan peritonitis.
- Kaji nyeri dan kecemasan pasien.
Rasional : peningkatan nyeri dan cemas dapat membuat pasien merasa sesak dan mengurangi ekspansi paru-paru sehingga dapat menyebabkan atelektasis dan hypoxemia
- Ajarkan pasien untuk menekan dada dengan bantal atau tangan sewaktu batuk atau panas dalam.
Rasional : menekan dada dengan bantal atau tangan waktu batuk mengurangi nyeri saat ekspansi paru.
- Anjurkan pasien untuk meninggikan kepala dengan bantal (45 derajat) atau posisi fowler.
Rasional : posisi fowler membuka ventilasi dan ekspansi paru dengan mengurangi penekanan dalam diafragma.
- Jelaskan maksud dan tujuan analgetik.
Rasional : analgetik emngurangi nyeri sehingga ekspansi paru maksimum dapat tercapai saat bernapas.
- Jelaskan maksud dan tujuan obat penekan batuk.
Rasional : obat penekan batuk mengurangi frekuensi batuk sehingga pasien dapat istirahat dengan nyaman.
d. Perubahan temperatur tubuh : hypertermi yang berhubungan dengan proses infeksi.
Hasil yang diharapkan :
Mencegah dan mengontrol panas.
Rencana tindakan :
- Ajarkan pasien untuk menggunakan termometer dan membaca hasil dengan tepat.
Rasional : penggunaan termometer dan ketepatan membaca hasil penting dalam memonitor suhu tubuh.
- Anjurkan pasien untuk banyak minum dan jelaskan pada pasien serta keluarga bila ada tanda dehidrasi : mulut kering, lehausan yang hebat, peningkatan suhu, penurunan urine, dan gelisah.
Rasional : intake cairan dibutuhkan saat panas dan metabolisme.
- Jelaskan kepada pasien maksud dan tujuan pemberian anti piretika.
Rasional : anti piretika bekerja pada pusat hypotalamus untuk regulasi pengaturan suhu tubuh.
- Jelaskan maksud dan tujuan pemberian anti TBC.
Rasional : anti TBC mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
- Anjurkan pasien mencari bantuan medik bila panas, untuk mendapatkan anti piretika, antibiotika.
Rasional : pemberian obat dapat memusnahkan mikroorganisme penyebab.
e. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan panas dan kurangnya intake cairan akibat kelelahan.
Hasil yang diharapkan :
Tercapainya pemenuhan jumlah cairan yang normal.
Rencana tindakan :
- Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda-tanda dehidrasi.
Rasional : sebagai indikasi defisit volume cairan dan insufisiensi intake.
- Anjurkan pasien banyak minum, jika tidaak ada kontra indikasi.
Rasional : intake cairan yang adekuat dapat mengembalikan status dehidrasi.
f. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan, kelelahan dan dyspnea.
Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan intake nutrisi yang adekuat.
Rencana tindakan :
- Monitor berat badan pasien setiap visit.
Rasional : penurunan berat badan yang drastis sebagai indikasi insufisiensi protein kalori yang menyebabkan malnutrisi dan penurunan daya tahan tubuh.
- Tentukan diit pasien sesuai dengan makanan kesukaan dan evaluasi serta catat hasilnya.
Rasional : karena kelelahan, kurang nafsu makan, pasien dapat kehilangan intake kalori untuk energinya.
- Sesuaikan dengan selera pasien untuk makan sedikit demi sedikit makanan yang tinggi protein dan kalori.
Rasional : bermanfaat dan bila makan sekaligus dalam jumlah banyak menyebabkan distensi lambung dan penekanan diafragma.
- Anjurkan pasien untuk istirahat sebelum makan.
Rasional : kelelahan dapat mengurangi selera makan pasien.

Tidak ada komentar: