Minggu, 18 Mei 2008

LEUKEMIA

BAB II
TINJAUAN TEORITIS



A. Konsep Dasar Medik
1. Definisi
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang tidak normal, jumlah berlebihan dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia dan diakhiri kematian ( Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, 1998 ).

2. Anatomi Fisiologi
Kolumna Vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Diantara tiap 2 ruas tulang terdapat bantalan tulang rawan. Vertebra terdiri dari : 7 vertebra servikal atau ruas tulang leher yang membentuk daerah tengkuk, 12 vertebra torakalis atau ruas tulang punggung yang membentuk bagian belakang torax/dada, 5 vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang yang membentuk daerah pinggang/lumbal, 5 vertebra sakralis atau ruas tulang selangkang yang membentuk sakrum/tulang selangkang, 4 vertebra kosigeus atau ruas tulang tungging yang membentuk tulang kosigeus/tulang tungging.

Fungsi kolumna vertebralis : bekerja sebagai pendukung badan yang kokoh, sebagai penyanggah dan perantara tulang rawan cakram intervertebralis yang lengkungnya memberi fleksibilitas dan memungkinkan bengkok tanpa patah. Cakramnya juga berfungsi untuk penyerapan goncangan yang terjadi apabila menggerakan berat badan seperti waktu berlari dan meloncat, dengan demikian otak dan sumsum tulang belakang terlindung terhadap goncangan.

Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian, yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah terdiri dari gas ( O2 dan CO2 ), hormon-hormon dan enzim-enzim serta anti gen. Sel darah terdiri dari : eritrosit, leukosit dan trombosit. Fungsi darah sebagai alat pengangkutan, sebagai pertahanan tubuh terhadap bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh serta menyebarkan panas ke seluruh tubuh.

Eritrosit dibuat dalam sumsum tulang, proses pembentuknya diperlukan zat besi, vit B12, asam folat, danrantai globin yang merupakan senyawa protein, untuk proses pematangan diperlukan hormon eritropoietin. umur peredaranya 105-120 hari. Jumlah normal 5,5 juta sel/mm3 darah pada laki-laki dan pada wanita 4,8 juta sel/mm3 darah. Didalam sel eritrosit didapat hemoglobin senyawa kimia yang terdiri atas molekul Hem yang mempunyai ion Fe ( besi ) yang terkait dengan rantai globin ( senyawa protein ). Hemoglobin berperan mengangkut O2 dan CO2. Jumlah normal laki-laki 14-16g %, dan wanita 12-14g %.
Leukosit, fungsi utama sebagai pertahan tubuh dengan cara menghancurkan anti gen ( kuman, virus, toksin ) yang masuk. Ada 5 jenis leukosit, yakni Neutropil jumlahnya 65% - 75%, Eosinopil jumlahnya 2% - 5%, Basofil jumlahnya 0,5% - 1%, Limfosit jumlahnya 20% - 25%, Minosit jumlahnya 3% - 8%. Leukosit sebagai bala tentara pertahanan mempunyai kekhasan. Leukosit dikerahkan ketempat-tempat infeksi dan jumlahnyapun dapat dilipatgandakan dalam keadaan infeksi. Leukosit dapat bergerak dari pembuluh darah menuju jaringan, saluran limfe dan kembali lagi kedalam aliran darah, leukosit bersama dengan sistem makrofag jaringan ( sel retikuloendotelial ) yaitu hepar, limpa, sumsum tulang alveoli paru, dan mikroglia otak serta kelenjar getah bening, yang akan melakukan fagositosis terhadapkuman atau virus yang masuk. Setelah di dalam sel kuman atau virus dicerna dan dihancurkan oleh enzim pencerna sel. Bila dalam pertempuran banyak yang mati terjadilah pus (nanah). Jumlah leukosit normal 5000-9000/mm3 darah. Dari 5 jenis leukosit yang pergerkannya lebih lamban eusinofil. Eusinofil menangkap protein asing yang masuk kedalam tubuh, yang berperan dalam respon alergi. Basofil belum diketahui fungsinya, namun dalam butir-butir sitoplasma ditemukan heparin berperan sebagai pencegahan pembekuan darah dalam pembulu darah. Imunitas tubuh dilakukan oleh neutropil, limfosit dan monosit dengan tiga cara respon kekebalan tubuh. Tipe 1 : Respon Fagositosis, dilakukan oleh neutropil dan monosit dengan cara memakan dan mencerna benda asing yang masuk, sel ini aktif mendatangi kuman/toksin. Tipe 2 : Respon antibodi Humoral, yang dilakukan oleh antibodi yang beredar dalam plasma. Cara kerja : sel limfosit berubah menjadi sel plasma bila bertemu antigen, kemudian membuat antibodi dan melepasnya dalam plasma. Tipe 3 : Respon antibodi seluler, dilakukan oleh sel limfosit dengan cara mengubah diri menjadi “Special Killer T-Cells” ( sel T si pembunuh khusus ). Setelah Limfosit T dipekakan dengan antigen tertentu ia mempunyai spesialisasi tertentu yaitu bila bertemu antigen yang cocok, langsung terjadi proses pembunuhan.

Trombosit, berbentuk keping-keping yang merupakan bagian-bagian kecil dari sel besar yang membuatnya, yaitu Megakaryosit. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru, dan limpa. Ukuranya kecil sekitar 2-4 mikron, umur peredaranya sekitar 10 hari. Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan : daya aglutinasi ( membeku atau menggumpal ), daya adesi (saling melekat ), dan daya agregasi ( berkelompok ). Jumlah trombosit dalam tubuh antara 150.000 - 350.000 keping/mm3 darah. Trombosit berfungsi sebagai : hemostasis ( penghentian aliran darah/peredaran ) dan pembekuan darah. Bila ada kerusakan dinding pembuluh darah, trombosit akan berkumpul, dan menutup lubang bocoran dengan cara saling melekat, berkelompok dan menggumpal, dilanjutkan dengan proses pembekuan darah. Ini terjadi karena trombosit mempunyai 2 zat, yaitu prostaglandin dan tromboxan yang segera dikeluarkan bila ada kerusakan dinding pembuluh darah, Zat ini juga menimbulkan efek vasokonstriksi pembuluh darah sehingga aliran darah berkurang dan membantu proses pembekuan darah.


Gambar Sel Darah
( Sumber : Price, Sylvia A. Patofisiologi. Edisi 4. Jakarta : EGC, 1994 )








Eritrosit Limfosit Monosit








Granulosit Basofil Eosinofil

3. Etiologi
Penyebab leukimia sampai sekarang belum jelas, faktor yang turut berperan adalah : faktor eksogen, seperti sinar X, sinar radio aktif, bahan kimia (benzol, arsen), infeksi (virus, bakteri), faktor endogen seperti ras (orang Yahudi), kelainan kromosom (down sindrom), herediter (kakak beradik atau kembar satu telur).
4. Fatologi
Lihat tabel 1.1
Klasifikasi : 1. Leukemia mieloid ( terdiri dari leukimia granulositik kronik dan mieloblastik akut ).
2. Leukemia limfoid ( leukimia limfisitik kronik dan limfoblastik akut ).
Klasifikasi leukemia limfoblastik akut menurut “FAB” L1, L2, dan L3. L1 ditemukan pada anak-anak, L2 ditemukan pada orang dewasa, L3 sering disertai tumor mdiastinum populasi sel homogen. LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak ( 82% ) dan pada orang dewasa ( 18% ), lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada wanita, menyolok pada anak-anak dibawah umur 15 tahun, dengan puncak umur antara 2 dan 4 tahun.
5. Tanda dan Gejala
Gejala yang khas pada penderita LLA : pucat ( dapat terjadi mendadak ), panas tanpa infeksi, rasa lelah, penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan slenomegali ( 86 % ), hepatomegali, limpadenopathi, nyeri tekan tulang dada, ekimosis, perdarahan retina. Gejala yang tidak khas adalah nyeri pada tulang.
6. Test Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium :
· darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya leukositosis 60%, leukopenia 25%, neutropil rendah, hemoglobin dan trombosit rendah.
· sunsum tulang biasanya menunjukan sel blas dominan yaitu terdiri dari sel limfopoetik patologis, aplasia skunder.
· kimia darah : kolestrol rendah, asam urat meningkat, hipogamaglobulinemia.
Biopsi limpa : proliferasi sel leukimia dan sel yang berasal dari jaringan limpa yang terdesak.
Cairan cerebrospinalis : peningkatan jumlah sel patologis dan protein.
7. Terapi / Penatalaksanaan Medik
Pengobatan :
· Transfusi darah, jika HB kurang dari 6g%, pada trombositopenia dapat diberi transfusi trombosit.
· Kortikosteroid ( prednison, kortison, deksametason ), setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
· Sitostatika : vinkristin, adriamicyn metrotrexat, 6-merkaptopurin, umumnya dikombinasi dengan prednison. Efek samping obat ini dapat berupa alopsia/botak, stomatitis, leucopeni infeksi skunder, kandiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari 2000/mm pemberiannya harus hati-hati.
· Infeksi skunder dihindarkan ( lebih baik di isolasi ).
· Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukimia cukup rendah ( 10 -10 ), imunoterapi mulai diberikan ( mengenai cara pengobatan yang terbatas masih dalam pengembangan ).
Cara Pengobatan
Berbeda-beda pada setiap klinik, tergantung dari pengalaman, tetapi prinsipnya sama, yaitu dengan pola dasar :
1. Induksi, dimaksudkan untuk mencapai remisi dengan berbagai obat tersebut sampai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
2. Kousolidasi, bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri.
3. Rumat, untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama. Biasanya dengan memberikan sistostika setengah dosis biasa.
4. Reinduksi, untuk mencegah relaps, biasanya dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14 hari.
5. Mencegah terjadinya leukemia pada susunan saraf pusat, diberikan MTX secara intratekal dan radiasi kranial.
6. Pengobatan imunologik.
Ini dimaksutkan untuk menghilangkan sel leukemia dalam tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan selama 3 tahun remisi terus-menerus, fungsi sumsum tulang diulang secara rutin setelah induksi pengobatan ( setelah 6 minggu ).
8. Komplikasi
· Infeksi beberapa sistem ( pernafasan, pencernaan )
· Perdarahan
· Relaps
· Efek samping dari kemoterapi/radiasi : kardiomiopati, alopesia.
· Kematian

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian
1) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
a) Keluhan mudah lelah
b) Tidak mampu melakukan aktivitas rutin
c) Keluarga ada menderita leukimia
d) Pekerjaan ahli radiologi
e) Mendapatkan terapi sinar radio aktiv
f) Obat golongan ankilating
2) Pola nutrisi - metabolik
a) Anoreksia, muntah, berat badan menurun.
b) Cenderung terjadi memar
c) Pharingitis
d) Disphagia
Pemeriksaan fisik :
Abdominal distensi, bising usus menurun, stomatitis, ulkus pada mulut, splenomegali, hepatomegali.
3) Pola eliminasi
a) Keluhan diare
b) Nyeri ketika bab dan bak
c) Hematuri
d) Melena
e) Urine out put menurun
4) Pola aktivitas - latihan
a) Mudah lelah
b) Lemah
c) Tidakmampu melakukan aktivitas
d) Dada berdebar-debar
e) Sesak nafas
Pemeriksaan fisik :
Kesadaran samnolen, cenderung tidur, kulit dan membran mucosa pucat, takikardi, murmur (+) dispnea, batuk, bunyi nafas ronchi, rachles.
5) Pola kognitif dan persepsi sensoris
a) sakit kepala
b) perubahan penglihatan
c) nyeri perut dan tulang
6) Pola persepsi dan pola konsep diri
a) Alopesia akibat kemotherapi
7) Pola reproduksi sexualitas
a) Menorragia
b) Libido sexual menurun
b. Diagnosa keperawatan
1) Resiko tinggi infeksi b.d menurunya daya tahan tubuh yang berkaitan dengan neutropenia.
2) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan akibat anemia.
3) Resiko tinggi injuri : perdarahan b.d penurunan trombosit
4) Perubahan membran mucosa mulut : stomatitis b.d efek samping kemotherapy
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia, mual, muntah, stomatitis atau efek samping kemotherapy
6) Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dan leukimia
7) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopsia
8) Koping yang tidak efektif pada individu dan keluarga b.d diagnosis dan aturan pengobatan
9) Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan.
2. Perencanaan
1) Resiko tinggi infeksi b.d menurunya daya tahan tubuh yang berkaitan dengan neutropenia
Hasil yang diharapkan : Pasien terhindar dari infeksi ditandai dengan tidak adanya tanda infeksi
2) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
HYD : mampu beraktivitas sesuai dengan usia dan kemampuan tanpa keluhan kelelahan/kelemahan
Intervensi :
· Kaji/observasi tanda anemia seperti pucat, peka rangsang, intoleransi aktivitas normal, HB normal.
· Tentukan toleransi aktivitas pasien
· Berikan kesempatan pada pasien untuk mandiri sesuai usia dan kemampuan
· Beri bantuan pada pasien saat beraktivitas
· Rencanakan waktu untuk beraktivitas
· Atur/ubah posisi serta berikan posisi perawatan daerah tertekan (bokong, punggung)
3) Resiko tinggi injuri : perdarahan b.d penurunan trombosit
HYD : pasien tidak mengalami perdarahan/trauma serta perdarahan dari hidung dapat diminimalkan
Intervensi :
· Gunakan sikat gigi yang lembut, hindari makanan yang keras
R : mencegah perdarahan
· Hindari aktivitas bermain yang mungkin menyebabkan cedera fisik
· Jangan memberi mainan dengan permukaan tajam atau runcing
R : mencegah perdarahan
· Monitor tanda-tanda perdarahan dibawah kulit, selaput mukosa, saluran cerna.
· Hindari penggunaan aspirin
R : dapat menghambat proses pembekuan dan memperpanjang perdarahan
· Beri tekanan 5 - 10 menit setiapmelakukan fungsi vena
· Kompres dingin untuk perdarahan superfisial
· Beri transfusi trombosit sesuai program
4) Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis b.d efek samping kemoterapi.
HYD : membran mukosa pasien utuh dan bebas dari lesi.
Intervensi :
· Berikan oral higiene menggunakan setengah larutan normal saline dan setengah hidrogen peroksida.
· Berikan sikat gigi yang lembut untuk menggosok gigi.
· Beri anastetik sistemik atau topikal sesuai program.
· Berikan Nistatin untuk kumur mulut sesuai dengan program.
· Hindari penggunaan swab lemon gliserin.
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia, mual, muntah, stomatitis, efek kemoterafi.
HYD : Intake nutrisi adekuat untuk mempertahankan kebutuhan metabolik
Intervensi :
· Pada stomatis berikan sering yang tidak mengiritasi dan suhu sedang
· Observasi intake output makanan
· Beri antimetik sesuai program
· Antisipasi bahwa anak mungkin akan mengalami periode kelaparan dan anorexia
· Beri diit tinggi kalori
· Jangan memaksa anak untuk makan jika anorexia, berikan cairan sebagai pengganti
· Berikan makan dalam porsi kecil dan sering
· Izinkan anak memilih makan yang disukai
· Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi adekuat
· Observasi berat badan
6) Nyeri b.d efek fisiologis dari leukimia
HYD : Pasien merasa nyaman dan tidak mengeluh nyeri
Intervensi :
· Kaji keluhan nyeri, frekwensi, intensitas
· Observasi T,N. R : Nadi meningkat indikasi nyeri hebat
· Atur aktivitas perawatan dan pertahankan postur tubuh
· Gunakan tehnik distraksi seperti : relaksasi, tehnik pernafasan
· Berikan Analgetik sesuai program
7) Gangguan citra tubuh b.d alopesia
HYD : Pasien mengungkapkan secara verbal penerimaan terhadap dirinya.
Intervensi :
· Dorongan pasien untuk mengungkapkan perasaanya
· Beri pasien informasi tentang efek samping pengobatan
· Dengarkan keluhan pasien
· Dukung interaksi sosial
8) Koping yang tidak efektif pada individu dan keluarga b.d diagnosis dan aturan pengobatan
HYD : Pasien dan keluarga mempunyai koping yang adakuat untuk mencapai koping yang efektif
Intervensi :
· Bina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga
· Berikan informasi yang jujur dan benar tentang kondisi pasien
· Gunakan pendekatan yang positif
· Kaji mekanisme koping, pemecahan masalah yang mungkin dan menggunakan pendekatan agama dan bantuan konseling
· Libatkan keluarga dalam perawatan anak
· Anjurkan orang tua untuk berinteraksi dengan anak secara normal
9) Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan.
HYD : Pasien dan keluarga memahami proses penyakit dan perawatan.
Intervensi :
· Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
R : mengetahui apa yang belum jelas bagi pasien dan keluarga
· Kolaborasi dengan dokter untuk menjelaskan sifat penyakit dan pengobatanya
R : meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga
· Jelaskan bahwa pasien dan orang tua dapat mengantisipai pengobatan dalam waktu 2-3 tahun
· Jelaskan perlunya waktu istirahat, beraktivitas sesuai kemampuan, menghindari individu yang terkena infeksi, kebersihan mulut yang baik, adakan kontak sosial yang kontinyu, rawat jalan yang berkelanjutan
· Diskusikan gejala yang harus dilaporkan : demam, perdarahan, nyeri, kelelahan
· Anjurkan pentingnya mencuci tangan untuk mencegah infeksi
· menginformasikan tentang nama obat, tujuan, dosis, waktu pemberian, dan efek sampingnya.
R : meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga.


Tidak ada komentar: