Minggu, 18 Mei 2008

HYPERTENSI

BAB I
P E N D A H U L U A N



A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya IPTEK dan kemajuan ekonomi, berpengaruh pula pada perubahan budaya makan. Masyarakat kita belum dapat memahami akibat dari mengkonsumsi lemak dan protein secara berlebihan, yang dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dan gizi kelompok tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian :Gizi Lebih” dan “Obesitas” pada orang dewasa di 12 kota Madya yahun 1995, menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada wanita hampir dua kali lipat dibandingkan dengan pria yaitu 14,7% pada wanita dan 7,4% pada pria. Kategori umum kelompok ini berkisar antara 41 – 45 tahun.
Dengan adanya kemudahan dalam transportasi membuat orang pada zaman sekarang ini mengurangi aktivitas nya. Hal ini mendukung terjadinya kegemukkan atau obesitas.
Dengan adanya peningkatan konsumsi lemak, garam yang berlebihan, kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, megurangi aktivitas, masalah psikologis seperti stres, akan berakibat fatal seperti hipertensi dan penyakit cardiovaskuler lainnya, di mana saling terkait satu sama lainnya. Individu yang diketahui menderita hipertensi sejak dini mempunyai resiko lebih sedikit dibanding yang menderita hipertensi dalam jangka waktu lama. Oleh karena itu, mendeteksi atau pengontrolan hipertensi secara dini dapat mengurangi resiko tersebut.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mendapatkan pengalaman secara nyata dalam merawat pasien hipertensi.
2. Menerapkan secara langsung konsep – konsep yang telah dipelajari dari perkulaha MA> 217 II.
3. Memperoleh informasi/gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.
4. Memenuhi tugas yang diberikan staff pengajar MA. 217 II.

C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, untuk memperoleh data dan informasi yang menunjang penulis menggunakan dasar studi kepustakaan berupa literatur – literatur yang berhubungan dengan penyakit hipertensi, studi kasus, dan perawatan secara langsung kepada pasien di Unit Fransiskus.

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis sebagai berikut: BAB I (bab pendahuluan) yang terdiri dari latar belakang penulisan, tujuan, metode, dan sistematika penulisan makalah. BAB II berisikan tinjauan hipertensi secara teoritis, yang tersusun berurutan, konsep dasar medik yang menjelaskan definisi dari hipertensi, anatomi fisiologis sistem peredaran darah, penyebab hieprtensi, patologis, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, terapi, dan komplikasi. Selain itu, pada bab ini dipaparkan juga tentang konsep dasar pengelolaan penderita hipertensi dari segi keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi (tindakkan keperawatan).
BAB III berisikan ringkasan data yang pasien (Pengamatan kasus). BAB IV merupakan penbahasan hasil pengamatan dan penerapan asuhan keperawatan pada pasien. Penulisan makalah ini secara keseluruhan terangkum dalam bab rangkuman (BAB V). Penulisan makalah diakhiri dengan daftar kepustakaan yang pergunakan oleh penulis sebagai rujukan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medik

1. Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 160 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, yang terjadi pada seseorang paling sedikit tiga waktu yang berbeda (WHO 1978, Mahendra dan Karya 1985).

2. Anatomi dan Fisiologis
Sistem Cardivaskuler
Jantung terletak di dalam rongga mediastinum. Sistem cardivaskuler terdiri dari:
1. Jantung
2. Pembuluh darah
3. Darah
Jantung adalah organ tubuh yang berfungsi:
• Pemompa darah
• Penyalur O2, nutrisi, dan mengikat CO2 serta sisa – sisa metabolisme.

Simtem peredaran darah (sirkulasi) dalam tubuh mempunyai sifat sebagai berikut:
Sirkulasi Sistemik
Yaitu:
1. Mengalirkan darah ke berbagai organ
2. Memenuhi kebutuhan organ tubuh yang berbeda
3. Memerlukan tekanan permulaan yang besar
4. Banyak mengalami tahanan
5. Kolom hidrostatik panjang


Sirkulasi Pulmonal:
1. Banyak mengalirkan darah ke paru – paru
2. Hanya berfungsi untuk paru – paru
3. Mempunyai tekanan permulaan yang rendah
4. Hanya sedikit mengalami tahanan
5. Kolom hidrostatik pendek

Sirkulasi Koroner:
Sirkulasi ini meliputi permukaan jantung dan membawa O2 untuk miokard melalui cabang – cabang intramiokard yang kecil – kecil. Aliran darah koroner dapat meningkat karena peningkatan:
• Aktivitas
• Denyut jantung
• Rangsang sistem saraf simpatis

Faktor – faktor yang mempengaruhi kerja jantung:
1. Beban awal (Preload)
Adalah beban di mana otot – otot jantung diregangkan sebelum ventrikel berkontraksi. Tinggi rendahnya beban awal tergantung pada:
• Obat – obatan: kebocoran/insufisiensi mitral
• Stenosis mitral
• Volume sirkulasi
• Vasokontriktor: menyebabkan tekanan meningkat
• Vasodilator : menyebabkan tekanan menurun.
2. Beban akhir
Resistensi yang harus diatasi waktu darah dikeluarkan dari ventrikel. Penyebab tinggi – rendahnya:
• Stenosis aorta
• Vasokontriksi perifer
• Polisitemia
• Obat – obatan.
3. Kontraktilitas
Kontraksi jantung yang mempengaruhi isi sekuncup. Faktor yang mempengaruhi:
• Obat – obatan digitalis (memperlambat kerja jantung)
• Depresan fisiologik
• Depresan farmakologik
• MCI
Konsumsi oksigen jantung.
Proses metabolisme jantung bersifat aerobi yang ditentukan oleh:
• Tegangan intramiokard
• Kontraksi miokard
• Frekuensi denyut jantung
• Tekanan sistolik
• Volume ventrikel.



















Gambar 1 Sistem Sirkulasi Darah
Syaifuddin, Drs B.Ac. (Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Edisi Revisi. 1995,67).

































Gambar 2 Peredaran Darah Besar Dan Kecil Pada Tubuh Manusia
Syaifuddin, Drs B.Ac. (Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Edisi Revisi. 1995,71).

3. Etiologi
Hipertensi terbagi dalam dua klasifikasi utama:
1. Hipertensi Essensial (Primer atau Idiopatik 90%).
Penyebabnya tidak diketahui dengan pasti, namun sejumlah kekuatan homeostatis saling mempengaruhi. Diperkirakan mekanisme cairan tubuh dan mekanisme pengontrol tekanan. Herediter dapat juga memegang peranan penting.
2. Hipertensi sekunder (10%)
Terjadi akibat:
• Penggunaan kontrasepsi oral
• Penyakit pharenkim renal atau vaskuler renalis
• Gangguan endokrin
• Coarctation aorta (penyempitan aorta congenital)
• Neurogenik: tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatri, luka bakar, peningkatan volume intravaskuler.
• Faktro resiko lain: kegemukan
• Pemasukkan lemak saturasi tinggi
• Pemasukkan garam banyak
• Merokok cigaret
• Stres

4. Patofisiologis
Tekanan arteri sistemik dihasilkan dari curah jantung dan tahanan perifer, sehingga semua faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah.
Secara formulasi, tekanan darah sama dengan curah jantung dikali tahanan perifer. Curah jantung ditentukan oleh isi sekuncup dan denyut jantung. Pengontrolan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.

Ada empat sistem pengontrolan yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah, yaitu:
1. Sistem Baroreseptor
Baroreseptor atrial terdapat pada sinus carotis, arkus aorta, dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor tingkat tekanan atrial. Sistem baroreseptor menandakan peningkatan tekanan arterial setelah pertengahan vagal dengan memperlamabt cardiac dan vasodilatasi serta tekanan simpatetik menurun. Karena itu kontrol refleks dari peredaran meningkatkan tekanan arterial sistemik bila ini turun, dan berkurang bila ini naik. Sebab sebenarnya mengapa kontrol ini tidak berhasil pada hipertensi tidak diketahui? Ada bukti untuk mendapatkan kembali kepekaan baroreseptor yang meningkat sensitifitasnya sehingga tekanan yang naik tidak cukup dirasakan walaupun tidak ada penurunan darah.

2. Pengaturan Volume Cairan Tubuh.
Perubahan dalam volume cairan tubuh mempengaruhi tekanan arterial sistemik. Bila tubuh mengandung kelebihan garam dan air, tekanan darah naik, karena mekanisme fisiologis yang rumit dan berubah.
Pengembalian pembuluh darah balik ke jantung dengan menghasilkan kenaikkan produksi jantung. Bila ginjal cukup berfungsi, kenaikkan dalam tekanan arterial sistemik menghasilkan diuresis dan penurunan tekanan. Kedaan patologis yang merubah garis perbatasan tekanan di mana ginjal mengeluarkan garam dan air yang merubah tekanan arterial sistemik.

3. Ginjal dan Angiotensin.
Keduanya memegang peranan dalam pengaturan tekanan darah. Ginjal menghasilkan Reni. Reni ini adalah suatu enzim yang bekerja pada dasar plasma protein untuk menjadikan angiotensin oleh enzim perubah dalam paru – paru untuk membentuk angiotensin II, kemudian angiotensin III. Angiotensin II dan III mempunyai daya vasokontriksi kuat terhadap pembuluh darah dan merupakan mekanisme kontrol untuk pelepasan aldosteron.
Aldosteron pada hipertensi paling nyata dalam aldosteronisme primer. Dengan meningkatnya kegiatan sistem saraf simpatik, angiotensin II dan III menunjukkan efek penghambatan pada ekskresi sodium dan akibatnya tekanan darah naik. Sekresi Renin yang tidak baik merupakan penyebab dari peningkatan tahanan perifer vaskuler dan hipertensi essensial.

4. Autoregulasi Vaskuler.
Adalah suatu proses yang membuat penyebaran jaringan dalam tubuh agak tetap. Bila arus berubah, proses autoregulasi harus mengurangi daya tahan vaskuler sebagai hasil peningkatan. Autoregulasi merupakan mekanisme penting yang menyebabkan hipertensi bersamaan dengan kelebihan air dan garam.

Pada umumnya hipertensi diklasifikasikan berdasarkan nilai diastolik:
90 – 104 mmHg : hipertensi ringan
104 – 114 mmHg : hipertensi sedang
> 115 mmHg : hipertensi berat
> 130 mmHg : hipertensi maligna.

Pada penderita hipertensi, curah jantung pada umumnya normal. Kelainannya terutama pada peninggian tahanan perifer, yang disebabkan karena vasokontriksi arterial akibat naiknya tonus otot polos pembuluh darah.
Pada kasus lama, dijumpai perubahan struktural pada pembuluh darah arterial yaitu penebalan tunika intima dan hiprtropi tunika medial yang menyebabkan tekanan darah sukar dikendalikan. Karena naiknya tahanan perifer membuat kerja jantung semakin berat yang berakibat hipertropi ventrikel kiri.
Bila sudah melampaui batas yaitu sel – sel jantung mengalami hipertropi dan jumlah yang mengalami hiperplasi yang menyebabkan sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi. Akibatnya terjadi anoksia jaringan.
Akibat hipertropi dan hiperplasi adalah dilatasi ventrikel kiri yang berakhir dengan dekompensasi jantung. Bila keadaan ini berlangsung terus akan terjadi hipertropi dan dilatasi jantung kanan. Gejala – gejala dekompensasi jantung kanan lebih menyolok dibanding gejala dekompensasi jantung kiri. Hal ini disebabkan terjadinya obstruksi aliran ke atrium kanan sebagai hipertropi ventrikel kiri yang hebat. Bila terjadi dekompensasi jantung kiri dan kanan, sering menyebabkan tekanan darah akan meninggi. Hal ini terjadi karena anoksia jaringan otak akibat terjadinya vasokontriksi arterial sistemik yang meningkatkan tekanan darah.

5. Tanda dan Gejala
• Tekanan darah sistolik > 160 mmHg, diastolik > 90 mmHg.
• Tachicardia
• Heart rate meningkat
• Palpitasi
• Sakit kepala
• Pusing
• Merasa tegang
• Mata berkunang – kunang
• Tremor
• Wajah terasa panas, merah
• Ingin tidur terus
• Lemah
• Kadang epitaksis
• Mudah tersinggung
• Banyak keringat
• Mula, muntah
• Gelisah
• Edema

6. Test Diagnostik.
1. Foto thorax : pembesaran ventrikel kiri
2. IVP : kelainan pada hipertensi renovaskuler.
3. Pada pasien hipertensi yang mengalami gangguan fungsi ginjal:
• Urine: protein (+), sel darah merah (+)
• Ureum darah meningkat
• Creatinin meningkat
• Trigliserida
• Kolesterol
4. EKG
Kelainan yang ditemukan pada hipertropi ventrikel kiri:
• Aksis deviasi ke kiri counter clockwise rotation
• Depresi ST pada hantaran I, serta voltage atau T terbalik pada hantaran I dan II.
• RI + SIII lebih dari 25 mm.

7. Terapi / Pengelolaan Medik.
1. Tirah baring
2. Diet rendah garam, rendah lemak, rendah kalori.

Diet Rendah Garam I (200 – 400 mg Na):
• Bahan makanan dengan tinggi Natrium dihindarkan
• Dimasak tidak menggunakan garam
• Diberikan pada penderita hipertensi berat, sedang, dan ascites

Diet Rendah Garam II (600 – 800 mg Na):
• Dimasak dengan menggunakan ¼ sendok the garam dapur
• Bahan makanan yang tinggi Natrium dihindarkan
• Diberikan pada penderita hipertensi berat, sedang, dan ascites


Diet Rendah Garam III (1000 – 1200 mg Na):
• Dimasak dengan menggunakan ½ sendok the garam dapur
• Diberikan pada penderita dengan hipertensi ringan.

3. Terapi Medik (obat – obatan):
• Angiotensin Coverting Enzim (ACE) Inhibitor: captopril, ramipril
• Beta Adrenergic Blocker: nifediphine, nicordiphine.
• Alfa Adrenergic yang bekerja pada sentral: methypoda, clonidine, hydrocchlorida.
• Diuretika: furosemide, chlortholidone, hidrochloro-thiazide.
• Anti Adrenergic yang bekerja pada perifer: reserpin, guanadel

8. Komplikasi.
a. Jantung: penyakit jantung koroner angina
b. Hipertropi ventrikel kiri (kelainan anatomis)
c. Decompensasi cordis (kelainan fungsi)
d. Otak: perdarahan otak/stroke
e. Infark cerebri
f. Perubahan patologis ginjal
g. Pembuluh darah perifer
h. Retina: pecah pembuluh darah retina.


B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
• Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung garam berlebihan, lemak, dan gorengan.
• Kebiasaan merokok: jenis, jumlah yang dihabiskan dalam sehari, cara menghisap.
• Kebiasaan mengkonsumsi alkohol
• Kebiasaan olah raga: bentuk, jenis, frekuensi, dan lamanyan melakukan aktivitas.
• Pengelolaan stres dalam menghadapi masalah.
• Pemahaman dan pengetahuan pasien tentang penyakit.
• Lingkungan rumah dan sekitar yang mendukung adanya stres.
b. Pola nutrisi metabolik.
• Mengkonsumsi makanan yang berlemak, asinan, dan gorengan.
• Peningkatan berat badan yang tidak seimbang dengan tinggi badan dan umur.
• Epitaksis
• Banyak keringat
• Mual, muntah
• Edema
c. Pola eliminasi
Pola b.a.k (teratur atau tidak, warna, frekuensi, nyeri, tahanan/mengejan). Pola b.a.b (teratur/tidak, frekuensi, warna, bau, nyeri, mengejan).
d. Pola aktivitas dan latihan.
• Rasa tidak enak badan, lemas, cepat lelah sebelu/sesudah aktivitas.
• Bedrest
• Denyut jantung cepat dan lemah
• Pernapasan cepat, dangkal, dalam
• Tekanan darah tinggi.
e. Persepsi kognitif dan sensorik.
• Nyeri kepala, pusing: lama, intensitas, frekuensi, dan cara mengatasi, ke mana mencari bantuan, menolong/tidak.
• Nyeri atau kabur pada mata.
f. Pola reproduksi dan seksualitas.
Apakah memakai kontrasepsi oral.
g. Pola mekanisme coping dan toleransi terhadap stres.
Cara mengatasi permasalahan dalam sehari – hari.



2. Diagnosa Keperawatan
1. Kecemasan yang berhubungan dengan gejala yang ada, kemungkinan cacat berat, meninggal dunia, lingkungan baru.
2. Sakit kepala yang berhubungan dengan peninggian tekanan pembuluh darah otak.
3. Gangguan perfusi jaringan: sistemik yang berhubungan dengan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer.
4. Gangguan persepsi sensorik penglihatan yang berhubungan dengan perubahan retina (karena penurunan aliran darah ke otak, spasme arterial retina dan efek hipertensi terhadap pembuluh darah retina).
5. Tidak toleransi dalam beraktivitas yang berhubungan dengan menurunnya oksigen jaringan (karena perfusi jaringan yang tidak adekuat).
6. Ketidakmampuan merawat diri yang berhubungan dengan tidak toleransi dalam beraktivitas.
7. Kurang pengetahuan pasien tentang proses penyakit hipertensi, pengobatan, efek samping obat, prinsip pengontrolan diet, dan komplikasi.
8. Kerusakan fisik yang berhubungan dengan proses penyakit dan komplikasi: iskemia otak atau ensefalopati hipertensi.
9. Kerusakan fisik yang berhubungan dengan komplikasi iskemia jantung.


3. Perencanaan.
1. Kecemasan yang berhubungan dengan gejala yang ada, kemungkinan cacat berat, meninggal dunia, lingkungan baru.
Hasil yang diharapkan:
Pasien akan mengalami penurunan kecemasan yang ditandai dengan:
• Pergerakkan tubuh dan ekspresi wajah rileks.
• Pernyataan rasa takut/cemas berkurang.
• Mengatakan mengerti tentang kegiatan rutin rumah sakit.

Rencana Tindakkan:
a. Kaji tingkat dari tanda fisik dan ungkapan verbal.
b. Kaji kemampuan coping yang efektif.
c. Bina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga.
d. Dengarkan dan beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
e. Beri penjelasan yang dibutuhkan pasien tentang apa yang diperlukan serta orientasikan dengan lingkungan.
f. Anjurkan kepada keluarga untuk memberi dukungan kepada pasien.
g. Ciptakan lingkungan yang tenang.
h. Infirmasikan kepada pasien tentang tanda dan gejala yang dialami seperti: sakit kepala, pusing, mual, muntah, ketenganan akan teratasi bila tekanan darah terkontrol.
i. Beri dukungan terhadap kemampuan penyesuaian yang efektif.
j. K/P. kolaborasi dengan tenaga medik.
2. Sakit kepala yang berhubungan dengan peninggian tekanan pembuluh darah otak.
Hasil yang diharapkan:
• Pasien mengungkapkan sakit kepala berkurang / hi-lang.
• Tekanan darah dalam batas normal.
• Ekspresi wajah rileks.
• Partisipasi dalam beraktivitas.

Rencana Tindakan:
a. Kaji tanda verbal dan non verbal terhadap sakit kepala: jenis, lokasi, intensitas waktu.
b. Bantu pasien dalam upaya mengurangi rasa sakit kepala dengan:
• Tirah baring
• Hindari perubahan posisi secara mendadak
• Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
• Ajarkan teknik relaksasi
c. Kaji keluhan pasien
d. Observasi tanda – tanda vital: tekanan darah.
e. Beri obat anti hipertensi sesuai dengan program medik.

3. Perubahan perfusi jaringan: sistemik yang berhubungan dengan peningkatan tahanan pembuluh darah perifer.
Hasil yang diharapkan:
Pasien akan memelihara perfusi jaringan sistemik secara adekuat yang ditandai dengan:
• Tekanan darah dan nadi berkurang sampai normal.
• Pernapasan 16 – 20 kali per menit.
• Kulit hangat dan warna kulit normal
• Nadi periferteraba
• Waktu capillary refill kurang dari 3 detik
• Pengeluaran urine di atas 30 cc/jam.

Rencana Tindakkan:
a. Monitor dan lapor gejala penurunan perfusi jaringan sistemik seperti: peningkatan tensi, HR, gelisah, bingung, pucat, cyanosis.
b. Lakukan cara – cara untuk mengurangi tahanan pembuluh darah dan tingkatkan perfusi sistemik: pemberian obat anti hipertensi sesuai dengan program medik, lakukan cara – cara untuk mengurangi rangsangan simpatis, yaitu:
• Tindakkan untuk mengurangi rasa cemas
• Tindakkan untuk meningkatkan rasa nyaman
• Tindakkan untuk meningkatkat pemenuhan kebutuhan istirahat
• Batasi makanan dan cairan yang mengandung kopi, teh, coklat
c. Batasi garam, lemak, dan kolesterol sesuai diet.
d. Ukur dan catat cairan yang masuk dan keluar setiap jam.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian: obat – obatan anti hipertensi, anti diuretika.

4. Gangguan persepsi sensorik: penglihatan yang berhubungan dengan perubahan retina.
Hasil yang diharapkan:
Pasien tidak menunjukkan gangguan penglihatan yang semakin buruk dan terhindar dari kecelakaan akibat gangguan penglihatan.

Rencana Tindakkan:
a. Kaji penglihatan pasien dengan pemeriksaan bagian fundus mata, apakah ada kerusakkan vaskuler retina seperti:
• Perdarahan retina
• Eksudat pada retina
• Edema palpebra
b. Pantau gejala – gejala antara lain penglihatan yang kabur, kebutaan setengah/total, informasikan bila penglihatan makin memburuk
c. Observasi tekanan darah
d. Bila penglihatan pasien terganggu:
• Orientasikan pada lingkungan sekitarnya
• Pasang pagar tempat tidur, penerangan cukup, dekatkan bel
• Letakkan barang – barang kebutuhan pasien di tempat yang terjangkau
• Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari - hari
e. Laksanakan program medik: pemberian obat anti hipertensi dan pantau efeknya.
5. Tidak toleransi dalam beraktivitas yang berhubungan dengan menurunnya oksigenisasi jaringan.
Hasil yang diharapkan:
• Tidak menunjukkan tanda – tanda kelelahan dan lemah
• Toleransi dalam beraktivitas meningkat
• Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa disertai sesak napas

Rencana Tindakkan:
a. Jelaskan kepada pasien pentingnya istirahat
b. Batasi aktivitas
c. Batasi jumlah dan waktu kunjungan
d. Bantu pasien dalam perawatan diri yang dibutuhkan
e. Tingkatkan pemasukkan nutrisi yang optimal
f. Pantau adanya tanda – tanda toleransi terhadap aktivitas, seperti: pasien tidak menunjukkan kelelahan/kelemahan, senang melakukan aktivitas, tekanan darah dalam batas – batas yang sesuai dengan keadaan pasien.
g. Tingkatkan aktivitas secara bertahap
h. Kaji toleransi pasien terhadap peningkatan aktivitas dan gunakan tanda dan gejala sebagai indikator adanya aktivitas yang berlebihan, seperti:
• Nadi meningkat lebih dari 20 kali permenit
• Meningkatnya tekanan darah, tekanan sistolik di atas 40 mmHg atau diastolik di atas 20 mmHg
• Dyspnea atau nyeri dada
• Pusing atau sinkop
• Banyak keringat
i. Anjurkan pasien untuk menghentikan semua aktivitas yang menyebabkan nyeri dada, pusing, sesak napas
j. Laksanakan program medik: pemberian obat anti hipertensi dan awasi efek sampingnya.

6. Ketidakmampuan merawat diri yang berhubungan dengan tidak toleransi dalam beraktivitas.
Hasil yang diharapka:
Pasien menunjukkan partisipasi dalam perawatan dirinya.

Rencana Tindakkan:
a. Kaji faktor yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri: kelemahan, kelelahan, pusing, gangguan penglihatan.
b. Diskusikan kepada pasien tentang rencana untuk memenuhi kebutuhan fisik sehari – hari
c. Motivasi pasien terhadap aktivitas perawatan dirinya
d. Berikan waktu yang adekuat untuk membantu pasien memenuhi aktivitas perawatan dirinya
e. Berikan umpan balik yang positif terhadap semua yang dicapai dalam memenuhi aktivitas perawatan dirinya
f. Jelaskan kepada keluarga pentingnya memberi motivasi kepada pasien untuk mempertahankan kemandirian secara optimal dengan melakukan aktivitas yang dapat ditoleransinya.

7. Kurang pengetahuan pasien tentang proses penyakit hipertensi, pengobatan, efek samping obat, prinsip pengontrolan diet, dan komplikasi.
Hasil yang diharapkan:
• Pasien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit hipertensi dan efek fisiologisnya.
• Pasien menunjukkan kemampuan mengatur diet sesuai dengan instruksi tim gizi.
• Pasien menunjukkan perilaku yang menunjang pengobatan dan pengontrolan efek penyakit.


Rencana Tindakkan:
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit hipertensi, pengobatan, efek samping obat, prinsip pengontrolan diet, dan komplikasi.
b. Beri penjelasan mengenai hipertensi dan efek fisiologisnya.
c. Informasikan tentang faktor resiko yang perlu dihindari yaitu: obesitas, kurang aktivitas fisik, pemasukkan lemak jenuh, stres. Aktivitas untuk mengurangi stres antara lain: mendengarkan musik, jalan – jalan, mengungkapkan perasaannya, melakukan teknik relaksasi.
d. Jelaskan obat – obata yang diberikan: nama obat, kerja obat, dosis obat, dan efek samping.
e. Ajarkan pasien memantau tekanan darahnya (bila mempunyai tensimeter)
f. Beri dukungan pada pasien dan keluarga dalam menyesuaikan diri pada penanganan jangka panjang dan dalam kesediaannya untuk melaporkan bila ada gejala seperti: sakit dada, sulit bernapas, sakit kepala, kelemahan otot, peningkatan tekanan darah secara tiba – tiba, perubahan penglihatan

8. Kerusakan fisik yang berhubungan dengan proses penyakit dan komplikasi iskemia otak/ensefalopati, hipertensi.
Hasil yang diharapkan:
Pasien akan mempertahankan aliran darah otak yang adekuat yang ditandai dengan:
• Tidak pusing/sinkop
• Tidak sakit kepala
• Tidak mual, muntah
• Orientasi dan kesadaran baik
• Reaksi pupil dan cahaya normal
• Fungsi motorik dan sensorik normal.
Rencana Tindakkan:
a. observasi tanda – tanda vital dan tingkat kesadaran pasien
b. pantau dan laporkan tanda dan gejala edema serta iskemia otak seperti: pusing, penglihatan kabur, sakit kepala, mual dan muntah, menurunnya kesadaran, parestesi, kelemahan otot, paralisis, kejang.
c. Lakukan cara – cara untuk mencegah peningkatan tekanan intrakranial:
• Tirah baring, hindari merubah posisi secara tiba – tiba
• Lakukan tindakkan untuk mengurangi kecemasan
• Cegah konstipasi dengan cara: diet tinggi serat, buah – buahan/sayuran, pemasukkan cairan maksimal bila tidak ada kontra indikasi.
• Atur posisi kepala dan leher dengan tepat.
• Pantau efek dari terapi obat vasodilator.
d. Bila tanda dan gejala edema otak/iskemia otak terjadi:
• Lanjutkan tindakkan di atas
• Posisi kepala ditinggikan 20 – 30 derajat
• Pantau dan informasikan ke dokter bila gejala dan tanda makin memburuk
• Pasang pengaman tempat tidur
• Patau efek terapi diuretika dan corticos-teroid.

BAB III
PEMBAHASAN KASUS


Setelah mempelajari teori tentang “Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi”, serta membandingkannya dengan kasus nyata yang pernah penulis temukan, maka penulis mencoba membuat suatu pembahasan yang penulis lihat dari segi kesesuaian antara teori dan kasus nyata dari adanya pengkajian, tanda gejala sampai dengan evaluasi.
Perbedaan yang timbul antara teori dan kasus nyata merupakan hal yang umum. Tidak semua gejala yang ada dalam teori dirasakan oleh pasien, seperti yang terjadi pada kasus yang pernah penulis temukan, dimana penulis menemukan tanda dan gejala yang timbul seperti sakit kepala, mata kabur, tegang tengkuk, palpitasi, gelisah. Sehingga berdasarkan literatur yang penulis baca, penyakit hipertensi pada pasien termasuk dalam golongan Pre hipertensi di mana tekanan disistoliknya antara 120-139 mmHg.
Dilihat dari faktor pencetus dari hipertensi yang diderita oleh pasien yang pernah saya temukan adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan yang asin, berlemak, kebiasaan merokok (18 batang/hari), sedangkan faktor keturunan bukan merupakan faktor utama tetapi merupakan faktor pendukung.
Tidak semua diagnosa keparawatan yang ada dalam BAB Tinjauan Teoritis diaplikasikan oleh penulis. Pada saat pengkajian penulis hanya mangangkat masalah berdasarkan data dan masalah pasien. Salah satu diagnosa keperawatan yang muncul adalah ketidakpatuhan terhadap pengontrolan diet, pegobatan yang berhubungan dengan kurangnya motivasi diri. Penulis menganggap bahwa hal ini perlu karena bila pasien tidak mempunyai motivasi dalam mematuhi diet, maka segala tindakkan yang dilakukan oleh perawat akan sia-sia. Untuk itu perawat perlu meningkatkan motivasi pasien dalam mengikuti program diet yang ada.
Di dalam penegakkan rencana tindakkan, perawat perlu mengikutsertakan pasien karena hal ini sangat bergantung pada pasien itu sendiri.
BAB IV
KESIMPULAN

Setelah mempelajari teori kasus tentang hipertensi, penulis memberikan intisari bahwa pengontrolan terhadap tekanan darah sangatlah penting karena bila tekanan darah terus naik, maka akan memberi dampak kepada kerja jantung sehingga jantung harus bekerja lebih berat, dan dapat pula terjadi berbagai macam komplikasi terhadap jantung itu sendiri maupun pada organ lain, seperti angina pectoris, iskemia jantung, stroke/cerebro vasculer disease.
Penyakit ini dapat dicegah sedini mungkin dengan cara makan makanan yang bebas garam, berhenti mengkonsumsi makanan yang berlemak, menurunkan berat badan (bagi yang berat badannya berlebih), peningkatan kegiatan olah raga sebagai program kesehatan jasmani.
Keberhasilan pengobatan penyakit ini sangat bergantung pada motivasi dari pasien sendiri dalam merubah gaya hidup, dan kebiasaan yang kurang baik di samping support dari keluarga.
Peran perawat dalam meningkatkan kesehatan pasien sangat dibutuhkan terutama dalam hal penyuluhan, pendidikan kesehatan, serta pentingnya persiapan perawatan di rumah. Perawat perlu bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain sehingga dapat mencapai suatu kesinambungan kesehatan yang sangat diperlukan bagi masa depan pasien.



BAB III
PENGAMATAN KASUS


Pasien Tn. B. (48 tahun), seorang bapak dengan 5 orang anak. Pasien menderita hipertensi sejak 4 tahun yang lalu. Tensi tertinggi 270/130 mmHg, terendah 170/110 mmHg. Pasien mengatakan, sejak seminggu yang lalu sakit kepala menjalar sampai ke tengkuk dan terasa tegang. Intensitasnya antara 3 – 4. Pasien langsung berobat ke dokter praktek, tensi 270/130 mmHg dan diberi obat Adalat 1 tablet. Karena pasien tambah lemas akhirnya dibawa ke RS Sint Carolus melalui UGD dan dianjurkan untuk dirawat. Kajian keperawatan secara lengkap dapat dilihat pada kajian keperawatan sampai dengan evaluasi.


9. Kerusakkan fisik yang berhubungan dengan komplikasi iskemia jantung: angina/miokard infark.
Hasil yang diharapkan:
Pasien tidak menunjukkan iskemia miokardial yang ditandai dengan:
• Tidak ada nyeri
• Pernapasan 16 – 20 kali per menit
• Enzim jantung dalam batas normal
• EKG normal
Rencana Tindakkan:
a. Observasi tanda – tanda vital dan pantau tanda dan gejala iskemia miokardial seperti:
• Nyeri dada yang tiba – tiba
• Dyspnea
• Mual dan muntah
b. Lakukan tindakkan untuk mencegah iskemia miokardial
c. Terapkan cara – cara untuk mengurangi tekanan pembuluh darah dan tingkatkan perfusi jaringan sistemik dengan cara:
• Kurangi tahanan vaskuler dan kontrol tekanan darah
• Kurangi kerja jantung
• Beri terapi oksigen sesuai program medik
• Beri posisi setengah duduk
• Beri makan dalam porsi kecil tapi sering.
d. Kolaborasi dengan dokter bila diperlukan EKG dan pemeriksaan enzim jantung.



DAFTAR KEPUSTAKAAN


Capernito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa Yasmin Asih, SKp. Jakarta: EGC.

Daftar Obat Indonesia. Edisi 8. (1994). Jakarta: Penerbit Grafoka Jaya.

MIMS Indonesia. (1998). Jakarta: Medi Media.

Rahayu, Lebi Sri dan Ahmad Faridisi. 1999. Didnakes. Edisi 30. Jakarta:

Soeparman dan Sarwono Waspadji. 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I dan II. Jakarta: FKUI.

Sistem Cardiovasculer Hipertensi. Seri VI. (1996). Jakarta: Panitia S.A.K. Komisi PK. Sint Carolus.

Tidak ada komentar: